Friday, July 20, 2007

Catatan Eceran 4: Indonesia - Apokat dan Matahari Di Atas Gilli


Membaca catatan Hafez, tiba-tiba muncul dua orang di dalam benak saya: Gunawan Muhammad dan A Samad Said. Keduanya, berapitan di antara pikiran dan analisis seorang Hafez. Tapi apapun itu, terimakasih atas uraian yang menarik tentang kami dan bumi kami. Lintang Sugianto, 7/17/2007 3:09:41 PM.

Photo Hosted at Buzznet

Bersama Mas Dibyo, Mas Bambang Sugianto dan Mbak Lintang Sugianto

Photo Hosted at Buzznet
Anak-anak kecil yang berkesenian.
Photo Hosted at Buzznet
Kumpulan Puisi Lintang Sugianto, Kusampaikan.

Photo Hosted at Buzznet

Novel Matahari Di Atas Gilli oleh Lintang Sugianto. Keren! akan dilancarkan pada pertengahan Augustus 2007.



“Saya harus membuat beberapa pembetulan,” kata Mas Bambang. Waktu itu kami duduk-duduk di sebuah rumah makan di pinggiran gedung kesenian Taman Ismail Marzuki (TIM), lokasi pertama saya setibanya saya di Jakarta pada Ahad, 17 Juni 2007, selepas dijemput Mas Bambang dan Mbak Lintang dari stasiun keretapi Gambir. “Kamu nggak boleh panggil Lintang, Mas Lintang. Mas itu untuk lelaki. Mbak itu untuk perempuan. Kamu juga nggak boleh panggil saya bapak, saya belum tua, Hafez…” tambah Mas Bambang. Mbak Lintang ketawa. Loh…. Saya nggak tahu, saya hentam aja, pukul rata! Pun begitu, setelah kelas tidak rasmi Bahasa Indonesia selama kurang lebih dua minit oleh Mas Bambang, saya masih tertukar-tukar gelaran mas dan mbak. Sewaktu di Condet, di rumah teman saya, saya ditertawakan kerana masih memanggil Mbak Lintang sebagai Mas Lintang! Bakso saya pesan di rumah makan di pinggiran gedung kesenian itu. “Jus apokat ini apa?” Tanya saya. “Itu… buahnya hijo,” kata Mbak Lintang, seterusnya dia berusaha menghuraikan kepada saya 'apa itu apokat?' dengan penuh kesungguhan. “Ooooo…. Avokado,” kata saya. Mbak Lintang menggaru kepala. Barangkali stress atau bimbang yang saya masih belum tahu apokat itu apa. Dia lalu meluru masuk ke dalam dapur rumah makan dan kemudian keluar dengan buah bewarna hijau. “Hafez, ini apokat!” Kata Mbak Lintang menghulurkan apokat. “Avokado!” Kata saya. Kami ketawa serentak.Turut ketawa pelayan rumah makan. Siang itu, di pinggiran TIM, saya menikmati jus apokat dan bakso. Terus, kami berbicara, bercanda, berbicara lagi dan bercanda lagi.

“Kami ini masih Indonesiakah?” Itu antara soalan yang perlu dijawab Mas Bambang dan Mbak Lintang sewaktu berpetualang di Gilli, pulau kecil yang letak di sebelah timur Kota Probolinggo. “Kalau diberitahu dia itu di negara lain, percaya dia!” Tambah Mas Bambang. Gilli itu perkampungan nelayan. Mas Bambang dan Mbak Lintang sering bercerita tentang Gilli dan ikan-ikan lautnya yang segar. Rumah yang hanya beberapa buah itu penuh dengan jala-jala yang terbentang. Madura bahasa utama Gilli, bahasa yang jauh berbeda daripada bahasa kesatuan. Sebahagian besar daripada observasi budaya mereka yang memakan masa kurang lebih dua tahun mengelilingi Pulau Jawa tumpah di Gilli. Di Gilli, mereka menjadi guru buat anak-anak yang telah sebati dengan laut. Gilli jugalah yang bertangungjawab melahirkan novel Mbak Lintang, Matahari Di Atas Gilli. “Hafez, saya pengen bawa kamu ke Gilli,” setiap kali kami berbicara tentang Gilli, Mas Bambang atau Mbak Lintang nggak lupa ngomong begitu. Iya, saya sendiri teruja untuk ke Gilli setelah mendengar cerita-cerita indah tentang Gilli, meskipun hanya nongkrong untuk satu jam, pokoknya, saya mahu menyaksikan Gilli dengan mata sendiri. “Yuk... Kita ke Gilli!”

Usai di TIM, kami ke gedung kesenian yang lain. Di gedung Djakarta Timur, anak-anak garuda sibuk dengan persiapan pra-pementasan teater. Anak-anaknya masih bilis, umur sekitar tujuh tahun tapi semangatnya raksasa. Sempat juga ketemu Mas Sudibyanto, lebih mesra dengan panggilan Mas Dibyo, adiknya WS Rendra. Selepas itu saya makan lagi, kali ini siomay dengan teh botol. “Kamu harus coba semua makanan Indonesia!” Kata Mbak Lintang. “Saya nggak mahu jadi gemuk,” balas saya. Ketawa.

Senin, 18 Juni 2007. Hari ini kami akan berangkat dari Jakarta ke Banyuwangi dengan bis Lorena. Perjalanan dijangka kurang lebih 24 jam, yang kemudiannya menjadi hampir 26 jam. Seumur hidup saya, nggak pernah saya naik bis selama 26 jam! Capek loh… Paling lama ialah perjalanan dari Melbourne ke Sydney setahun yang sudah selama 11 jam. Jadi, Senin itu menjadi rekod menaiki bas paling lama buat saya. Pinggul saya linu banget! Sebelum ke stasiun bas, kami ke Penerbitan Republika dengan taksi. “Kamu antara orang pertama yang menyaksikan covernya Matahari Di Atas Gilli.” Kata Mas Bambang. Sepanjang perjalanan ke Republika, selain mendengar Mas Bambang, Mas Hasan dan supir taksi bercanda, saya diberi penghormatan membaca endorsement novel Matahari Di Atas Gilli. Yang memberi endorsement itu nama-nama hebat yang langsung tidak asing buat saya; WS Rendra, Dr Ir Wan Abu Bakar, Putu Wijaya, Habiburrahman El Shirazy si penulis Ayat-ayat Cinta, Datuk A Samad Said, Eep Saefulloh Fatah, Ratih Sang, Radar Panca Dahana, Martha Santoso Ismail dan Dr. Victor Pogadaev. Di Republika, sewaktu Mas Bambang menyerahkan naskah endorsement, saya sibuk membelek buku-buku di rak jualan mencari buku berkenaan nikah, suami isteri dan segala yang berkenaan dengan itu untuk memenuhi pesanan sahabat saya. Maaf… Nggak jumpa loh….

“Hafez, ayo….” Saya mengekori Mbak Lintang ke tingkat atas. Di hadapan saya, di dalam skrin komputer, covernya Matahari Di Atas Gilli. “Gimana? Apa pendapatmu Hafez? Jujur iya.” Kata Mbak Lintang kepada saya. “Keren!” Kata saya. Mbak Lintang tertawa. Lama Mbak Lintang memerhatikan cover yang tertera di skrin komputer sebelum mengajak saya turun. “Abang, dia udah tahu sebut keren,” kata mbak kepada Mas Bambang. Senyum. Mas Bambang berkali-kali bertanya kepada saya, apakah Matahari Di Atas Gilli akan punya tempat di Malaysia? Jujur saya katakan, saya yakin Matahari Di Atas Gilli bisa menembus ke pasaran Malaysia. Soalnya, masih mendambakan pengedar yang baik. Yakinnya saya kerana Republika adalah penerbit yang sama menerbitkan Ayat-ayat Cinta Habiburrahman El Shirazy, novel yang terkenal di Malaysia dan lihat nama-nama yang memberi endorsement, keren! Saya tidak sabar lagi untuk memegang naskah Matahari Di Atas Gilli!

Catatan Eceran 5: Indonesia - Ganteng dan Amnesia di Banyuwangi
Catatan Eceran 6: Indonesia - Peliknya Mas Hasan Elnoor
Catatan Eceran 7: Indonesia - Lintang dan Bambang Sugianto yang Saya Kagumi

0 Comments:

Post a Comment

<< Home